Blogroll

» Suara muslimin bersatu. Menyampaikan kebenaran dengan berterus terang, tiada hari tanpa tholabulillmi mengkaji mengaji mencari ridhlo illahi rabbi, Di Pancarluaskan di jalan Tanjung Mulang No 26 Setiaratu Cibeureum Kota Tasikmalaya «

Sabtu, 06 Februari 2016

Umar bin Al-Khathab Larang Keluarganya Manfaatkan Fasilitas Umum


Umar pernah mengatakan, Rakyat akan menunaikan kepada pemimpinn apa-apa yang pemimpin tunaikan kepada Allah. Apabila pemimpin bermewah-mewahan, maka rakyat akan bermewah-mewahan." (Dr Muhammad Rawwas Qal'ah Jie, Mausu'ah Fikih Umar bin Al- Khathab)
Umar adalah seorang pemimpin yang sangat ketat melakukan introspeksi terhadap diri dan anggota keluarganya. Ia sadar bahwa pandangan rakyat akan tertuju padanya. Dan, tidak ada gunanya bila ia bertindak keras terhadap dirinya, sementara anggota keluarganya bermewah-mewahan yang mengakibatkan mereka akan dihisab di akhirat kelak dan lidah rakyat tidak mengasihi mereka di dunia. 
Menurut Prof Dr Ali Muhammad Ash-Shalabi dalam kitabnya, Syakhsiyatu Umar wa Aruhu, Umar adalah orang yang sangat ketat mengawasi dan memeriksa tindak-tanduk anak-anaknya, istri-istrinya dan kaum kerabatnya. Ia juga melarang anggota keluarganya memanfaatkan fasilitas-fasilitas umum yang dikhususkan negara bagi sekelompok orang. Sebab, Umar khawatir bila anggota keluarganya mengkhususkan fasilitas tersebut untuk mereka.

Menukil Ibnu Al-Jauzi dalam kitabnya, Manaqib Umar, Ash-Shalabi menuliskan sebuah kisah dari putra Umar, Abdullah. Abdullah bin Umar bercerita, "Aku pernah membeli beberapa ekor unta dan kugiring ke tempat penggembalaan. Setelah unta-unta itu besar dan gemuk, aku mengambilnya."
Abdullah kemudian melanjutkan ceritanya, "Taktala Umar pergi ke pasar, ia melihat beberapa ekor unta yang berbadan gemuk. "Siapa pemilik unta-unta ini?" tanya Umar. Dikatakan kepada Umar, "Unta-unta ini adalah milik Abdullah bin Umar." 
Kemudian, Umar mengatakan kepada saya,"Wahai Abdullah bin Umar, Anda hebat!hebat..! Anda adalah seorang putra Amirul Mukminin! Ada apa dengan unta-unta ini. " 
Kujawab,"Dulu unta-unta ini kubeli dan kukirim ke tempat penggembalaan sebagaimana dilakukan kaum muslimin." Umar berkata,"Mereka pasti mengatakan,"Gembalakanlah unta-unta milik putra Amirul Mukminin!  Berilah minum unta-unta milik putra Amirul Mukminin! Hai Abdullah, Ambillah modalmu dan masukkanlah sisa  (keuntungannya) Ke Baitul Maal kaum Muslimin." 
Dalam kisah yang lain, seperti ditulis Adz-Dzahabi dalam kitabnya, Tarikh Al-Islam, Abdullah bin Umar bercerita, "Dulu, saya ikut dalam Perang jalula, perang melawan Persia. Saat itu, saya membeli sebuah barang dari hasil rampasan perang seharga 40 ribu dirham. Setelah saya bertemu dengan Umar, ia bertanya, "Bagaimana pendapatmu sekiranya kamu dilemparkan ke neraka, lalu ditanyakan kepada kamu, "Tebuslah barang ini! Apakah kamu akan menebusnya dengan barang itu?"
Kujawab, "Demi Allah, tidak ada sesuatu yang menyusahkan Anda melainkan saya akan menebus untuk Anda dari hal tersebut." Umar berkata, "Aku ini seolah-olah menyaksikan rakyat pada saat menjalankan transaksi jual beli. Mereka mengatakan, 'Ini adalah Abdullah, sahabat Rasulullah, putra Amirul Mukminin dan orang yang paling dicintainya.' Aku akan bagi dan aku akan dimintai pertanggungjawaban. Aku akan memberimu lebih banyak dari keuntungan yang diperoleh pedagang Qurays. Kamu berhak mendapat untung satu dirham dari setiap satu dirham modalmu."
Abdullah selanjutnya bercerita, "Kemudian Umar memanggil para pedagang. Mereka membeli barang itu seharga 400 ribu dirham. Umar menyerahkan kepada saya sebesar 80 ribu dirham, dan sisanya ia kirimkan kepad Sa'ad bin Abi Waqqash untuk dibagikan kepada publik." 
[Shodiq Ramadhan]