Blogroll

» Suara muslimin bersatu. Menyampaikan kebenaran dengan berterus terang, tiada hari tanpa tholabulillmi mengkaji mengaji mencari ridhlo illahi rabbi, Di Pancarluaskan di jalan Tanjung Mulang No 26 Setiaratu Cibeureum Kota Tasikmalaya «

Rabu, 25 Mei 2016

Rasulullah pun Suka Bercanda

Meski bercanda, tetapi Beliau tidak berlebihan dan tetap berpegang pada kebenaran dan kejujuran.
 
Sebagai seorang Nabi, sekaligus Kepala Negara yang mengurusi urusan masyarakat, tidak selamanya hubungan Rasulullah Saw dengan para sahabatnya berlangsung serius. Ada kondisi-kondisi tertentu dimana beliau juga melontarkan candaan. Hanya bedanya dengan umatnya pada hari ini, candaan Rasulullah tidak berlebihan. Dan tentu saja tetap berpegang teguh pada kebenaran dan kejujuran dalam candanya. 
 
Said Hawwa dalam kitabnya, Ar-Rasul Saw, menuliskan sejumlah hadits yang menunjukkan sejumlah candaan Rasululah kepada para sahabatnya. 
 
Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, “Seorang datang pada Nabi Saw dan meminta pada beliau untuk dinaikkan kendaraan, Rasulullah Saw menjawab, ‘Aku akan menaikkan kamu pada anak unta.’ Lelaki itu menukas, ‘Wahai Rasulullah, apa yang aku perbuat dengan anak unta?’ Rasulullah menjawab, ‘Tidakkah unta hanya melahirkan anak unta (Maksudnya, bukankah anak unta itu juga unta),’” (HR. Abu Dawud dan At Tirmidzi)
 
Zaid bin Aslam berkata, “Seorang wanita yang disebut Ummu Aiman datang kepada Nabi Saw dan berkata, ‘Suamiku mengundangmu.’ Nabi menimpali (dengan nada bergurau), ‘Siapakah ia? Apakah ia yang di matanya ada putih-putihnya?’ Wanita itu berkata, ‘Demi Allah, tidak ada putih-putih pada matanya.’ Beliau menjawab, ‘Benar, pada matanya ada putih-putihnya.’ Ia berkata, ‘Tidak, demi Allah.’ Beliau menjawab, ‘Tidak ada seorang pun kecuali di matanya ada putih-putihnya.’” Beliau memaksudkan putih biasa yang melingkari kornea mata, tetapi wanita itu memahaminya sebagai putih di tengah-tengah mata yang berarti lelaki tersebut terkena penyakit mata semacam katarak.
 
Ahmad meriwayatkan dari Anas, “Seorang lelaki dari Badui bernama Zahir memberi hadiah Nabi dengan suatu hadiah dari Badui, maka Nabi memperhentikannya ketika hendak keluar. Rasulullah bersabda, ‘Zahir adalah orang Badui kita dan kita adalah orang kotanya.’ Ia adalah lelaki yang kurus dan Rasulullah menyukainya. Ketika ia sedang menjual barang-barangnya, Rasulullah mendatanginya dan mendekapnya dari belakang, saat itu ia tidak melihat Nabi. Zahir berkata, ‘Lepaskan aku, siapa ini?’. Lalu ia menoleh dan mengenal Rasulullah. Ia membiarkan punggungnya melekat pada dada Nabi ketika ia mengetahui bahwa yang mendekap adalah Nabi. Rasulullah Saw lalu berkata (dengan nada bercanda) ‘Siapa yang mau membeli seorang hamba?’ Zahir lalu menyahut, ‘Wahai Rasulullah, jadi, demi Allah engkau menjadikan aku murah tak laku.’ Rasulullah Saw bersabda, ‘Kamu di sisi Allah tidak murah.’ Atau beliau bersabda, ‘Kamu mahal di sisi Allah.’”
 
Dari perbincangan di atas, beliau memksudkan hamba adalah hamba Allah, dan kita semua adalah hamba Allah Swt.
 
At-Tirmidzi mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Hasan berkata, “Seorang nenek-nenek mendatangi Nabi Saw dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, doakanlah pada Allah agar memasukkan ku ke surga’ Beliau menjawab, ‘Wahai Ummu Fulan, sesungguhnya perempuan tua tidak masuk ke dalam surga.’ Maka perempuan tua itu berpaling dan menangis. Beliau bersabda, ‘Beritahu ia bahwa ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua. Allah berfirman,
 
“Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan.’” (QS. Al Waaqi’ah : 35-36)
 
At-Tirmidzi juga mengeluarkan dalam bab Syamail bahwa Anas berkata, “Rasulullah berkata kepadaku, ‘Wahai yang memiliki dua kuping.’” Abu Samar berkomentar bahwa maksud beliau adalah bergurau, setiap manusia memiliki dua kuping.
 
Jika kita perhatikan contoh-contoh candaan Nabi Saw di atas, contoh-contoh di atas bahwa canda beliau tidak keluar dari kebenaran dan kejujuran, melainkan menggunakan cara yang halus, sampai kaang tidak dimengerti lawan bicaranya, sehingga lawan bicaranya tersebut memahaminya dengan pemahaman yang lucu. Begitulah, semua canda dan gurau beliau adalah jujur dan benar.
 
At-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Abu Hurairah berkata, “Para sahabat berkata, ‘Wahai Rasulullah. Engkau bergurau dengan kami.’ Beliau bersabda, ‘Aku tidak berkata kecuali benar.’
 
Yang ada pada beliau itu adalah kenabian yang jujur dan benar. Tidak ada kenabian yang di dalamnya ada kebatilan sedikit pun. Wallahu a’lam bissawab. 

[shodiq ramadhan]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar